Minggu, 02 Juni 2013

my askeb in pav mawar


LAPORAN PENDAHULUAN
DAN
ASUHAN KEBIDANAN
PADA TN “S”
DENGAN DIAGNOSA ILEUS OBTRE
DENGAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
DI PAVILIUM MAWAR RSUD JOMBANG



DISUSUN OLEH :
ALFI NUR LAILA
NIM:
7212003
PRODI DIII KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM
PETERONGAN JOMBANG
2013


LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA PADA TN “ S” UMUR 60 TAHUN DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT DI RSUD RUANG MAWAR KABUPATEN JOMBANG
OLEH MAHASISWA : ALFI NUR LAILA

Telah di Sahkan Pada
Hari                 :
Tanggal           :
Tempat            : PAVILIUM MAWAR RSUD JOMBANG
MAHASISWA



ALFI NUR LAILA
NIM : 7212003

MENGETAHUI

PEMBIMBING PENDIDIK                                            PEMBIMBING KLINIK
                                   
                                                                                                                       
 SITI AISYAH P, Amd. Keb                                         AMINUL WAHIB , Am .K
      NIP : 197904161999031003
KEPALA RUANGAN


SUYATMINI, Amd, Keb
   NIP : 196405131985022002




BAB 1
LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Latar Belakang
Manusia sebagai organisme multiseluler dikelilingi oleh lingkungan luar (milieu exterior) dan sel-selnya pun hidup dalam milieu interior yang berupa darah dan cairan tubuh lainnya. Cairan dalam tubuh, termasuk darah, meliputi lebih kurang 60% dari total berat badan laki-laki dewasa. Dalam cairan tubuh terlarut zat-zat makanan dan ion-ion yang diperlukan oleh sel untuk hidup, berkembang dan menjalankan tugasnya.
Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik sangat dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya. Semua pengaturan fisiologis untuk mempertahankan keadaan normal disebut homeostasis. Homeostasis ini bergantung pada kemampuan tubuh mempertahankan keseimbangan antara subtansi-subtansi yang ada di milieu interior.
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ektrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.
              Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion karbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan mengekskresikan ion hidrogen dan CO2, dan sistem dapar (buffer) kimi dalam cairan tubuh.
 A.  DEFINISI
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Cairan dan elektrolit saling berhubungan, ketidakseimbangan yang berdiri sendiri jarang trjadi dalam bentuk berlebihan atau kekurangan.  Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuhtetap sehat.
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
B.   FISIOLOGI CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial masuk kedalam sel. Pembuluh darah kapiler dan membrane sel yang merupakan membran semipermiabel mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah. Metode perpindahan dari cairan dan elektrolit tubuh dengan beberapa cara yaitu:
1.       Difusi
Merupakan proses di mana partikel yang terdapat di dalam cairan bergerak dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sampai terjadi keseimbangan. Cairan dan elektrolit di difusikan menembus membrane sel. Klecepatan difusi di pengaruhi oleh ukuran molekul, konsentarsi larutan dan temperature.
2.      Osmosis
Merupakan bergeraknya pelarut bersih seperti air, melaui membran semipermiabel dan larutan yang berkosentrasi lebih rendah ke kosentrsi yang lebih tinggi yang sifat nya menarik.
3.      Transport aktif
Partikel bergerak dari konsentrasi rendah ke lebih tinggi karena adanya daya aktif dari tubuh seperti pompa jantung.
C.   KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
No
Umur / BB (Kg)
Kebutuhan cairan (mL/24 jam)
1
3 hari, 30 kg
250-300
2
1 tahun, 9,5 kg
1150-1300
3
2 tahun, 11,8 kg
1350-1500
4
6 tahun, 20,0 kg
1800-2000
5
10 tahun, 28,7 kg
2000-2500
6
14 tahun, 45,0 kg
2200-2700
7
18 tahu, 54,0 kg
2200-2700

Volume cairan tubuh
Total jumlah volume cairan tubuh (total body water-TBW) kira-kira 60% dari berat badan pria dan 50% dari berat badan wanita. Jumlah volume ini tergantung pada kandungan lemak badan dan usia. Lemak jaringan sangat sedikit menyimpan cairan di mana lemak pada wanita lebih banyak dari pria sehingga jumlah volume cairan lebih rendah dari pria. Usia juga berpengaruh terhadap TBW di mana makin tua usia makin sedikit kandungan airnya. Contoh: bayi baru lahir TBW nya 70-80% dari BB, usia 1 tahun 60% dari BB, usia puberitas sampai dengan 39 tahun untuk pria 60% dari BB dan wanita 52% dari BB, usia 40-60 tahun untuk pria 55% dari BB dan wanita 47% dari BB, sedangkan pada usia di atas 60 tahun untuk pria 52% dari BB dan wanita 46% dari BB.
D.     FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
1.  Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan di karenakan gangguan fungsi ginjal ataw jantung.
2. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat.
 Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.
3. Diet
Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
4. stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
5. Kondisi sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit misalnya:
- Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
- Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.
- Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami ganguan pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemapuan untuk memenuhinya secara mandiri.
6. Tindakan medis
Banayak tindakan medis akan berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh seperti: suction, NGT dan lain-lain.
7.  Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian dueretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan dan elektrolit tubuh.
8.  Pembedahan
pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggimengalami gangguan  keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh karena kehilangan darah selama pembedahan.
E.   MASALAH-MASALAH GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
1.  Hipovolemik
      Hipovolemik Adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan ekstra seluler (CES) dan dapat terjadi karena kehilangan melalui kulit, ginjal, gastrointestinal, pendarahan sehingga menimbulkan syok hipovolemik. Mekanisme nya adalah peningkatan rangsangan saraf simpatis (peningkatan frekuensi jantung, kontraksi jantung dan tekanan vaskuler), rasa haus, pelepasan hormone ADH dan adosteron. Gejala: pusing, lemah, letih, anoreksia, mual muntah, rasa haus, gangguan mental, konstipasi dan oliguri, penurunan TD, HR meningkat, suhu meningkat, turgor kulit menurun, lidah terasa kering dan kasar, mukosa mulut  kering.
      Tanda-tanda penurunan berat badan dengan akut, mata  cekung, pengosongan vena jugularis. Pada bayi dan anak adanya penurunan jumlah air mata.
2.  Hipervolemi
      Hipervolemi Adalah penambahan/kelebihan volume CES dapat terjadi pada saat:
a)     Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air.
b)    Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air.
c)     Kelebihan pemberian cairan.
d)     Perpindahan cairan interstisial ke plasma.
Gejala diantara lain:
sesak napas,
peningkatan dan penurunan TD,
nadi kuat,
 asites,
adema,
adanya ronchi,
kulit lembab,
distensi vena leher,
dan irama gallop.
F.    Resiko atau gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
resiko atau gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit adalah:
1.    Devisit volume cairan
NOC:
·      Fluid balance
·      Hydration
·      Nutritional Status : Food and Fluid Intake
2.      Kelebihan Volume Cairan
NOC :
·         Electrolit and acid base balance
·         Fluid balance
·         Hydration
G. Tindakan mengatasipemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit
      a. pemberian cairan melalui infus
      b. transfusi darah
H. Keseimbangan intake & output.
Di dalam tubuh seorang yang sehat volume cairan tubuh dan komponen kimia dari cairan tubuh selalu berada dalam kondisi dan batas yang nyaman. Dalam kondisi normal intake cairan sesuai dengan kehilangan cairan tubuh yang terjadi. Kondisi sakit dapat menyebabkan gangguan pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Dalam rangka mempertahankan fungsi tubuh maka tubuh akan kehilanagn caiaran antara lain melalui proses penguapan ekspirasi, penguapan kulit, ginjal (urine),ekresi pada proses metabolisme.
a. Intake Cairan :
Selama aktifitas dan temperatur yang sedang seorang dewasa minum kira-lira 1500 ml per hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500 ml per hari sehingga kekurangan sekitar 1000 ml per hari diperoleh dari makanan, dan oksidasi selama proses metabolisme. Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus dikendalikan berada di otak Sedangakan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume darah. Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walupun kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi oleh tractus gastrointestinal.
b.Output Cairan :
Kehilangan caiaran tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :
a.Urine :
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal output urine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam. Pada orang dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine bervariasi dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.
b.IWL (Insesible Water Loss) :
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, Melalui kulit dengan mekanisme difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalah berkisar 300-400 mL per hari, tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL dapat meningkat.
c.Keringat :
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.
d.Feces :
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari, yang diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).
3. Perpindahan Cairan dan Elektrolit Tubuh.
Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :
a.Fase I :
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan nutrisi dan oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.
b.Fase II :
Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel.
c.Fase III :
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial masuk ke dalam sel.
Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan membran semipermiabel mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah. Metode perpindahan dari cairan dan elektrolit tubuh dengan cara :
• Diffusi
• Filtrasi
• Osmosis
• Aktiv Transport
Diffusi dan osmosis adalah mekanisme transportasi pasif. Hampir semua zat berpindah dengan mekanisme transportasi pasif. Diffusi sederhana adalah perpindahan partikel-partikel dalam segala arah melalui larutan atau gas. Beberapa faktor yang mempengaruhi mudah tidaknya difusi zat terlarut menembus membran kapiler dan sel yaitu :
• Permebelitas membran kapiler dan sel
• Konsenterasi
• Potensial listrik
• Perbedaan tekanan.
Osmosis adalah proses difusi dari air yang disebabkan oleh perbedaan konsentrasi. Difusi air terjadi pada daerah dengan konsenterasi zat terlarut yang rendah ke daerah dengan konsenterasi zat terlarut yang tinggi.
Perpindahan zat terlarut melalui sebuah membrane sel yang melawan perbedaan konsentrasi dan atau muatan listrik disebut transportasi aktif. Transportasi aktif berbeda dengan transportasi pasif karena memerlukan energi dalam bentuk adenosin trifosfat (ATP). Salah satu contonya adalah transportasi pompa kalium dan natrium.
Natrium tidak berperan penting dalam perpindahan air di dalam bagian plasma dan bagian cairan interstisial karena konsentrasi natrium hampir sama pada kedua bagian itu. Distribusi air dalam kedua bagian itu diatur oleh tekanan hidrostatik yang dihasilkan oleh darah kapiler, terutama akibat oleh pemompaan oleh jantung dan tekanan osmotik koloid yang terutama disebabkan oleh albumin serum. Proses perpindahan cairan dari kapiler ke ruang interstisial disebut ultrafilterisasi. Contoh lain proses filterisasi adalah pada glomerolus ginjal.
Meskipun keadaan di atas merupakan proses pertukaran dan pergantian yang terus menerus namun komposisi dan volume cairan relatif stabil, suatu keadaan yang disebut keseimbangan dinamis atau homeostatis.
Dehidrasi
1.difinisi
Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air pada tubuh. Hal ini terjadi karena pengeluaran air lebih banyak daripada pemasukan (misalnya minum). Gangguan kehilangan cairan tubuh ini disertai dengan gangguan keseimbangan zat elektrolit tubuh. Dehidarasi dapat terjadi karena :
• Kekurangan zat natrium
• Kekurangan air
• Kekurangan natrium dan air
Dehidrasi adalah berkurangnya cairan tubuh total, dapat berupa hilangnya air lebih banyak dari natrium (dehidrasi hipertonik), atau hilangnya air dan natrium dalam jumlah yang sama (dehidrasi isotonik), atau hilangnya natrium lebih banyak daripada air (dehidrasi hipotonik). Dehidrasi hipotonik ditandai dengan tingginya kadar natrium serum (lebih dari 145 mEq/L) dan peningkatan osmolalitas efektif serum (lebih dari 285 mosmol/liter). Dehidrasi isotonik ditandai dengan normalnya kadar natrium serum (135 – 145 mEq/L) dan osmolalitas efektif serum (270 – 285 mosmol/liter). Dehidrasi hipotonik ditandai dengan rendahnya kadar natrium serum (kurang dari 135 mEq/L) dan osmolalitas efektif serum (kurang dari 270 mosmol/liter).
2. Penyebab Dehidrasi
Dehidrasi terjadi bila kehilangan cairan sangat besar sementara pemasukan cairan sangat kurang. Beberapa kondisi yang sering menyebabkan dehidrasi antara lain :
a. Diare merupakan keadaan yang paling sering menyebabkan kehilangan cairan dalam jumlah besar. Di seluruh dunia, 4 juta anak-anak meninggal setiap tahun karena dehidrasi akibat diare.
b. Muntah sering menyebabkan dehidrasi karena sangat sulit untuk menggantikan cairan yang keluar dengan cara minum.
c. Tubuh kehilangan banyak cairan saat berkeringat. Kondisi lingkungan yang panas akan menyebabkan tubuh berusaha mengatur suhu tubuh dengan mengeluarkan keringat. Bila keadaan ini berlangsung lama sementara pemasukan cairan kurang maka tubuh dapat jatuh ke dalam kondisi dehidrasi.
d. Peningkatan kadar gula darah pada penderita diabetes atau kencing manis akan menyebabkan banyak gula dan air yang dikeluarkan melalui kencing sehingga penderita diabetes akan mengeluh sering kebelakang untuk kencing.
e. Penderita luka bakar dapat mengalami dehidrasi akibat keluarnya cairan berlebihan pada kulit yang rusak oleh luka bakar.
f. Orang yang mengalami kesulitan minum oleh karena suatu sebab rentan untuk jatuh ke kondisi dehidrasi.
3. Gejala dan Tanda-Tanda dehidrasi
Respon awal tubuh terhadap dehidrasi antara lain berupa rasa haus untuk meningkatkan pemasukan cairan hingga dengan penurunan produksi kencing untuk mengurangi seminimal mungkin cairan yang keluar. Air seni akan tampak lebih pekat dan berwarna gelap.
Jika kondisi awal ini tidak tertanggulangi maka tubuh akan masuk ke kondisi selanjutnya yaitu :
a. Mulut kering.
b. Berkurangnya air mata.
c. Berkurangnya keringat.
d. Kekakuan otot.
e. Mual dan muntah.
f. Kepala terasa ringan terutama saat berdiri.
Selanjutnya tubuh dapat jatuh ke kondisi dehidrasi berat yang gejalanya berupa gelisah dan lemah lalu koma dan kegagalan multi organ. Bila ini terjadi maka akan sangat sulit untuk menyembuhkan dan dapat berakibat fatal.
4. Cara Mengatasi dan Mengobati Dehidrasi
Dehidrasi dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Dehidrasi sangat mudah dikenali saat awal kejadian sehingga makin cepat dilakukan koreksi maka akan semakin baik hasil yang didapatkan. Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya dehidrasi antara lain :
a. Penderita diare dan muntah muntah dapat diberikan pengobatan awal untuk mencegah kehilangan cairan yang lebih lanjut. Obat obatan ini terutama untuk mengurangi gejala yang terjadi.
b. Obat penurun panas dapat diberikan untuk menurunkan suhu tubuh.
c. Penderita diberikan minum sebanyak mungkin dengan cara bertahap namun frekuensinya ditingkatkan.
Prinsip utama pengobatan dehidrasi adalah penggantian cairan. Penggantian cairan ini dapat berupa banyak minum, bila minum gagal maka dilakukan pemasukan cairan melalui infus. Tapi yang utama disini adalah penggantian cairan sedapat mungkin dari minuman.
Keputusan menggunakan cairan infus sangat terggantung dari kondisi pasien berdasarkan pemeriksaan dokter. Keberhasilan penanganan dehidrasi dapat dilihat dari produksi kencing.
Penggunaan obat-obatan diperlukan untuk mengobati penyakit-penyakit yang merupakan penyebab dari dehidrasi seperti diare, muntah dan lain-lain.
5. Pencegahan Dehidrasi
Dehidrasi dapat dicegah dengan melakukan beberapa upaya berikut :
a. Lingkungan
Dehidrasi yang disebabkan oleh faktor lingkungan sangat mungkin untuk dilakukan pencegahan. Jika memungkinkan, aturlah jadual kegiatan atau aktifitas fisik yang sesuai dengan kondisi lingkungan. Jangan melakukan aktifitas berlebihan pada siang hari.
b. Olah raga
Orang yang berolah raga pada kondisi cuaca yang panas harus minum lebih banyak cairan.
c. Umur
Umur uda dan tua sama beresikonya untuk mengalami dehidrasi.
Dehidrasi bukan kondisi yang tidak dapat dicegah namun bila terjadi dan tertangani dengan baik maka kondisi yang tidak diinginkan bisa dihindari.
Dehidrasi kerap kali menyebabkan kulit jadi tipis dan lebih cepat kelihatan berkerut. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah dehidrasi pada kulit, yaitu dengan minum banyak cairan, normalnya disarankan untuk mengkonsumsi paling sedikit 8 gelas cairan sehari, minum minuman berenergi dapat mendorong orang-orang aktif, lebih banyak minum cairan karena kandungan rasa dan sodium tinggi di dalamnya, hindari minuman berkafein dan yang mengandung alkohol, keduanya sama-sama dapat menyebabkan dehidrasi, hindari minuman yang mengandung carbonat karena pembakaran bisa menyebabkan penggelembungan atau perasaan penuh dan mencegah pemenuhan konsumsi cairan, mengenakan pakaian berwarna terang, yang menyerap
dan berukuran pas, usahakan berada di tempat yang sejuk, terlindungi dari matahari dan lindungi kulit dengan sunblock kapan saja selebihnya, menyadari dan mempersiapkan adalah cara termudah untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Di hari yang panas, untuk orang yang sedang beraktivitas bisa mengalami dehidrasi hanya dalam waktu 15 menit.
Jika Anda mengalami pertanda ini, segeralah hentikan aktivitas dan beristirahatlah di tempat yang sejuk. Minum cairan sebanyak mungkin untuk menggantikan air yang hilang dari tubuh Anda.
Jenis cairan kristaloid yang digunakan untuk rehidrasi tergantung dari jenis dehidrasinya. Pada dehidrasi isotonik dapat diberikan cairan NaCl 0,9% atau dekstrosa 5% dengan kecepatan 25 – 30% dari defisit cairan total per hari. Pada dehidrasi hipertonik digunakan cairan NaCl 0,45%. Dehidrasi hipotonik ditatalaksana dengan mengatasi penyebab yang mendasari, penambahan diet natrium, dan bila perlu pemberian cairan hipertonik
Penyebab dehidrasi yang lebih sering terjadi karena disebabkan oleh hilangnya Natrium dan air dari daerah yang terdapat tekanan osmotik yang rendah dan penggeseran air ke dalam sel, apabila larutan NaCL isotonik banyak terbuang, volume ekstraseliuler dan Intraseluler kecil, darah menjadi pekat dan hampir tidak dapat mengalir.
Sel tubuh akan di genangi oleh cairan yang mengandung oksigen dan bahan makanan yang tidak mencukupi pada dehidrasi yang murni akibat kehilangan air, pengobatannya ialah minum air atau Infus glukosa 5 %, Intravena secukupnya, glukosa 5 % atau air leding biasa akan juga di serap dari rektrum.
Pada dehidrasi yang primer sebagai akibat kehilangan Natrium, perlu di berikan air garam fisrologik secukupnya, kalau terjadi serebal yang berat, larutan NaCL hepertonik perlu di berikan.

















KONSEP MEDIS
Ileus Obstruksi
         Definisi
Ileus obstruktif adalah obstruksi usus akibat dari penghambatan motilitas usus yang dapat ditimbulkan oleh banyak penyebab. Beberapa pengertian obstruksi usus dan ileus obstruksi menurut para ahli, yaitu:
         Obstruksi usus adalah sumbatan total atau parsial yang mencegah aliran normal melalui saluran pencernaan
         Obstruksi usus adalah gangguan isi usus disepanjang saluran usus
         Obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus intestinal
         Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi peristaltiknya normal
         Obstruksi usus merupakan suatu blok saluran usus yang menghambat pasase cairan, flatus dan makanan dapat secara mekanis atau fungsional
         Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi usus
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa obstruksi usus adalah sumbatan total atau parsial yang menghalangi aliran normal melalui saluran pencernaan atau gangguan usus disepanjang usus. Sedangkan Ileus obstruktif adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan oleh sumbatan mekanik.
Ada dua tipe obstruksi yaitu :
         Mekanis (Ileus Obstruktif)
Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia stragulata atau kronis akibat karsinoma yang melingkari. Misalnya intusepsi, tumor polipoid dan neoplasma stenosis, obstruksi batu empedu, striktura, perlengketan, hernia dan abses.


         Neurogenik/fungsional (Ileus Paralitik)
            Obstruksi yang terjadi karena suplai saraf ototnom mengalami paralisis dan peristaltik usus terhenti sehingga tidak mampu mendorong isi sepanjang usus. Contohnya amiloidosis, distropi otot, gangguan endokrin seperti diabetes mellitus, atau gangguan neurologis seperti penyakit Parkinson.
          Etiologi/penyebab
Ileus obstruktif dapat disebabkan oleh antara lain:
Penyebab intraluminal (relatif jarang), antara lain:
ü  Benda asing yang tertelan. Meskipun demikian, pada umumnya suatu benda asing yang telah lolos melewati lubang pylorus (dari lambung ke usus), tidak akan mengalami kesulitan untuk mencapai usus halus, kecuali adanya adesi setelah operasi.
ü  Bezoars mungkin merupakan faktor.
ü  Penyakit parasit, seperti Ascariasis mungkin dapat ditemukan.
ü  Batu empedu mungkin terjadi dengan suatu fistula  cholecystenteric.
ü  Suatu bolus makanan yang besar dapat menjadi penyebab, dengan material makanan yang sulit dicerna akan berdampak pada usus bagian bawah. Pada kasus ini kebanyakan pasien pada umumnya sudah mengalami operasi pada daerah lambung.
ü  Cairan mekonium akan menyebabkan obstruksi pada daerah distal ileum mungkin akibat kista fibrosis yang terjadi pada semua umur.
 Penyebab intramural, (relatif jarang).
 Obstruksi yang terjadi sebagai akibat dari adanya lesi pada dinding usus halus.
ü  Atresia dan striktur mungkin juga merupakan penyebab.
ü  Penyakit Crohn. Obstruksi yang terjadi mungkin hilang timbul dan obstruksinya sebagian atau parsial.
ü  Tuberkulosis usus. Pada negara-negara tertentu tidak merupakan hal yang laur biasa.
ü  Striktur mungkin akan menyebabkan terjadinya ulserasi yang juga apabila di induksi oleh pemberian tablet kalium, nonsteroid anti-inflammatory agen,  dan terapi iradiasi yang digunakan untuk mengobati kanker kandung kemih atau kanker cerviks.
ü  Suatu hematoma yang terjadi diantara dinding usus, akibat trauma atau pasien yang mendapat pengobatan dengan antikoagulan yang berlebihan dari dosis yang dibutuhkan.
ü  Lipomatous, leiomyomatous, dan tumor carcinoid relatif jarang menyebabkan obstruksi, tetapi pernah dilaporkan adanya obstruksi usus halus yang disebabkan oleh lymphoma dan jarang adenocarsinoma.
ü  Tumor sekunder, khususnya colonic dan karsinoma lambung, kanker ovarium, dan melano maligna, adakalanya akan bersatu pada lumen usus halus.
ü  Banyak polipoid mukosa atau lesi submukosa mungkin akan membentuk kepala dari suatu intussuscepsi, yang mana pada akhirnya akan menyebabkan ileus obstruktif.
ü  Intussuscepsi pada anak-anak yang berumur kurang dari 2 tahun pada umumnya adalah idiopatik dan merupakan keadaan kedaruratan abdomen, walaupun diverticulum Meckel, polip, dan kista dupleks dapat menjadi penyebab ileus obstruktif.
Penyebab ekstramural
Penyebab ini mungkin merupakan penyebab yang paling umum atau sering:
ü  Adesi yang berhubungan dengan pembedahan abdomen atau peritonitis sering meningkatkan frekuensi ileus obstruktif. Adesi mudah lengket pada lumen usus dan menyebabkan luka yang berlokasi dimana-mana. Adesi ini dapat menghalangi peristaltik usus halus dan menyebabkan angulasi secara akut dan kekusutan pada usus, sering terjadi beberapa tahun setelah prosedur awal dilakukan.
ü  Kelainan intraperitoneal kongenital mungkin dapat mengakibatkan obstruksi.
ü  Malrotasi kongenital mengakibatkan pendeknya mesenterik, dan keseluruhan usus dapat mengalami torsi atau volvulus, keadaan ini tidak hanya dapat menyebabkan obstruksi, tetapi mempercepat timbulnya iskemia dan kematian.
ü  Hernia dapat menyebabkan obstruksi.
Pada beberapa pasien, etiologi obstruksi usus mungkin adalah multifaktorial. Sebagai contoh: metastase pada usus halus dapat secara langsung menyerang dinding usus. Obstruksi mungkin terjadi sebagai akibat tekanan dari luar atau kekusutan usus akibat tumor primer atau deposit metastase.
          Patofisiologi
Pada obstruksi mekanik, usus bagian proksimal mengalami distensi akibat adanya gas/udara dan air yang berasal dari lambung, usus halus, pankreas, dan sekresi biliary. Cairan yang terperangkap di dalam usus halus ditarik oleh sirkulasi darah dan sebagian ke interstisial, dan banyak yang dimuntahkan keluar sehingga akan memperburuk keadaan pasien akibat kehilangan cairan dan kekurangan elektrolit. Jika terjadi hipovolemia mungkin akan berakibat fatal.
Obstruksi yang berlangsung lama mungkin akan mempengaruhi pembuluh darah vena, dan segmen usus yang terpengaruh akan menjadi edema, anoksia dan iskemia pada jaringan yang terlokalisir, nekrosis, perforasi yang akan mengarah ke peritonitis, dan kematian. Septikemia mungkin dapat terjadi pada pasien sebagai akibat dari perkembangbiakan kuman anaerob dan aerob di dalam lumen. Usus yang terletak di bawah obstruksi mungkin akan mengalami kolaps dan kosong.
Secara umum, pada obstruksi tingkat tinggi (obstruksi letak tinggi/obstruksi usus halus), semakin sedikit distensi dan semakin cepat munculnya muntah. Dan sebaliknya, pada pasien dengan obstruksi letak rendah (obstruksi usus besar), distensi setinggi pusat abdomen mungkin dapat dijumpai, dan muntah pada umumnya muncul terakhir sebab diperlukan banyak waktu untuk mengisi semua lumen usus. Kolik abdomen mungkin merupakan tanda khas dari obstruksi distal. Hipotensi dan takikardi merupakan tanda dari kekurangan cairan. Dan lemah serta leukositosis merupakan tanda adanya strangulasi. Pada permulaan, bunyi usus pada umumnya keras, dan frekuensinya meningkat, sebagai usaha untuk mengalahkan obstruksi yang terjadi. Jika abdomen menjadi diam, mungkin menandakan suatu perforasi atau peritonitis dan ini merupakan tanda akhir suatu obstruksi.

         Gejala Klinis
         Pasien dengan suatu obstruksi mekanik pada umumnya datang dengan keluhan sakit/nyeri abdomen, muntah, konstipasi absolut, dan distensi abdomen dalam berbagai tingkatan. Tanda-tanda peritonitis yang mengarah kepada perforasi usus sebagai akibat iskemia dan tidak dapat dibedakan dengan peritonitis oleh penyebab lain misalnya perforasi intra abdominal.
           Pada pasien dengan suatu obstruksi sederhana yang tidak melibatkan pembuluh darah, sakit cenderung menjadi kolik yang pada awalnya ringan, tetapi semakin lama semakin meningkat, baik dalam frekuensi atau derajat kesakitannya. Sakit mungkin akan berlanjut atau hilang timbul. Pasien sering berposisi knee-chest, atau berguling-guling. Pasien dengan peritonitis cenderung kesakitan apabila bergerak.
         Muntah adalah suatu tanda awal pada obstruksi letak tinggi atau proksimal. Bagaimanapun, jika obstruksi berada di distal usus halus, muntah mungkin akan tertunda. Pada awalnya muntah berisi semua yang berasal dari lambung, yang mana segera diikuti oleh cairan empedu, dan akhirnya muntah akan berisi semua isi usus halus yang sudah basi. 
         Hipovolemia dan kekurangan elektrolit dapat terjadi dengan cepat kecuali jika pasien mendapat cairan pengganti melalui pembuluh darah (intravena). Derajat tingkat dan distribusi distensi abdominal dapat mencerminkan tingkatan obstruksi. Pada obstruksi letak tinggi, distensi mungkin minimal. Sebaliknya, distensi pusat abdominal cenderung merupakan tanda untuk obstruksi letak rendah.
pemeriksan fisik ditemukan pada penderita ileus obstruktif
         Inspeksi
Perut distensi, dapat ditemukan kontur dan steifung. Benjolan pada regio inguinal, femoral dan skrotum menunjukkan suatu hernia inkarserata. Pada Intussusepsi dapat terlihat massa abdomen berbentuk sosis. Adanya adhesi dapat dicurigai bila ada bekas luka operasi sebelumnya.
         Auskultasi
Hiperperistaltik, bising usus bernada tinggi, borborhygmi. Pada fase lanjut bising usus dan peristaltik melemah sampai hilang.
         Perkusi
Hipertimpani
         Palpasi
Kadang teraba massa seperti pada tumor, invaginasi, hernia.
dari pemeriksaan rectal toucher
· Isi rektum menyemprot : Hirschprung disease
· Adanya darah dapat menyokong adanya strangulasi, neoplasma
· Feses yang mengeras : skibala
· Feses negatif : obstruksi usus letak tinggi
· Ampula rekti kolaps : curiga obstruksi
· Nyeri tekan : lokal atau general peritonitis
Dari pemeriksaan radiologi
Secara klinik obstruksi ileus umumnya mudah ditegakkan. 90% obstruksi ileus ditegakkan secara tepat hanya dengan berdasarkan gambaran klinisnya saja. Pada foto polos abdomen, 60-70% dapat dilihat adanya pelebaran usus dan hanya 40% dapat ditemukan adanya air fluid level. Walaupun pemeriksaan radiologi hanya sebagai pelengkap saja, namun pemeriksaan sering diperlukan pada obstruksi ileus yang sulit atau untuk dapat memperkirakan keadaan obstruksinya pada masa pra-bedah. Beberapa tanda radiologik yang khas untuk ileus obstruktif adalah :
· Pengumpulan gas dalam lumen usus yang melebar, penebalan valvulae coniventes yang memberi gambaran fish bone appearance.
· Pengumpulan cairan dengan gambaran khas air-fluid level. Pada obstruksi yang cukup lama, beberapa air fluid level memberikan gambaran huruf U terbalik.
penatalaksanaan ileus obstruktif
Penatalaksanaan ileus obstruktif telah menurunkan angka morbiditas dan mortalitas. Hal ini disebabkan telah dipahaminya dengan tepat patogenesis penyakit serta perubahan homeostasis sebagai akibat obstruksi usus.
tindakan operasi
Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk mencegah sepsis sekunder. Operasi dilakukan dengan mengingat beberapa kondisi atau pertimbangan. Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan teknik bedah yang disesuaikan dengan hasil eksplorasi selama laparotomi.
komplikasi dari ileus obstruktif?
Komplikasi dari ileus obstruktif antara lain terjadinya nekrosis usus, perforasi usus, Sepsis, Syok-dehidrasi, Abses Sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi, Pneumonia aspirasi dari proses muntah, gangguan elektrolit, meninggal
Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi keseimbangan elektrolit dan cairan, menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi, mengatasi peritonitis dan syok bila ada, dan menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal
terapi/pengobatan ileus obstruktif yang diberikan secara farmakologis
Pemberian obat-obat antibiotik spektrum luas dapat diberikan sebagai profilaksis. Antiemetik dapat diberikan untuk mengurangi gejala mual muntah.
Dalam resusitasi yang perlu diperhatikan adalah mengawasi tanda – tanda vital, dehidrasi dan syok. Pasien yang mengalami ileus obstruksi mengalami dehidrasi dan gangguan keseimbangan ektrolit sehingga perlu diberikan cairan intravena seperti ringer laktat. Respon terhadap terapi dapat dilihat dengan memonitor tanda-tanda vital dan jumlah urin yang keluar. Selain pemberian cairan intravena, diperlukan juga pemasangan nasogastric tube (NGT). NGT digunakan untuk mengosongkan lambung, mencegah aspirasi pulmonum bila muntah dan mengurangi distensi abdomen.
Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya obstruksi usus akut yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan. Ileus Obstruktif  adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan oleh sumbatan mekanik. Ileus Paralitik adalah hilangnya peristaltik usus sementara.




















BAB III
ASUHAN KEBIDANAN
PADA TUAN “S” DENGAN DIAGNOSA ILEUS OBSTRE
DENGAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
DI PAVILIUM MAWAR RSUD JOMBANG

No regester                              :           177368
Ruangan                                  :           HCU Pavilium Mawar
Tanggal pengkajian                 :           20 Mei 2013
A.    Data subjektif
         Biodata

Nama                     :           Tn.S
Umur                     :           60 tahun
Agama                   :           Islam
Pendidikan                        :           SMP
Pekerjaan               :           Wiraswasta
Alamat                  :           Jatikalen
Suku                      :           Jawa
Identifikasi penanggung jawab
Nama                     :           Ny.T
Umur                     :           45 tahun
Pekerjaan               :           Ibu rumah tangga
Alamat                  :           Jatikalen

         Keluhan utama
Pasien datang dengan rujukan dari Pukesmas Ploso,pasien mengalami nyeri pada perut,keluhan utamanya adalah tidak bisa BAB kurang lebih 4 hari,pasien mengatakan merasa pusing,mual,panas,,nyeri perut kurang lebih 3 hari.
         Riwayat kesehatan masa lalu
Keluarga mengatakan bahwa pasien tidak perna menderita penyakit menurun seperti kencing manis ataupun sesak nafas,juga tidak perna mempunyai penyakit yang menular seperti TBC,HIV,AIDS,akan tetapi pasien sering telat makan.
         Riwayat kesehatan sekarang
Keluarga pasien mengatakan bahwa awalnya pasien tidak bisa BAB kurang lebih 4 hari, pasien mengatakan merasa pusing,mual,panas,,nyeri perut kurang lebih 3 hari. Lalu dibawah ke pukesmas ploso,kemudian dirujuk ke RSUD Jombang di pavilium mawar di HCU .
         Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga mengatakan bahwa dari pihak keluarga tidak ada yang menderita penyakit menurun (kencing manis,sesak) maupun menular (TBC,HIV,AIDS)
         Riwayat psikologis
Keadaan pasien masih lemah kurang stabil,namun pasien ingin cepat sembuh. Pasien masih merasakan nyeri seluruh perut dan batuk. Namun pasien selalu mendapatkan motivasi dari semua pihak keluarga agar segera sembuh dan pulih kembali seperti sedia kala.
         Riwayat spiritual
Pasien sebelum sakit selalu melaksanakan sholat 5 waktu denganrutin dan  tepat waktu. Namun saat ia masuk ke RS pasien tidak bisa melaksanakan sholat 5 waktu dikarenakan kondisinya yang tidak memungkinkan karena masih sangat lemah,namun pasien selalu berdo’a akan kesembuhan dan selalu sabar menghadapi semua cobaan.
         Pola aktivitas sehari-hari
         Pola nutrisi
Sebelum MRS
Makan       :
Pasien makan 3x sehari
Dengan menu berupa nasi putih dengan lauk pauk,sayur-sayuran dan buah-buahan.
Minum       :
pasien minum kurang lebih 8gelas/hari sesuai dengan kebutuhan
Setelah MRS
Makan dan minum            :
Pasien makan dan minum menggunakan makanan yang lunak dengan melewati selang NGT.
         Pola eliminasi
Sebelum MRS
BAB          : Lancar 2x sehari,warna kuning kecoklatan
BAK         : Lancar dengan warna bening kuning
Setelah MRS
BAB          : Awal masuk pasien masih belum bisa BAB
Namun setelah beberapa hari kemudian pasien bisa BAB dengan jumlah feses 100 dengan frekuensi 1x dengan konsentrasi lembek dan tidak ada darah.
BAK         : Tidak terhitung BAK nya , dengan bantuan kateter, warnanya  kuning, UT/24 jam.
                     Pola istirahat
Sebelum MRS
pasien istirahat secara teratur disela-sela aktivitas dan pekerjaannya
Setelah MRS
Siang                     : Sering tidur jam 09.00 s/d 11.00 lama tidur 2 jam namun sering terbangun.
Malam       : Jika tidak ada keluhan pasien tidur,tidur secara teratur,namun terkadang sering terbangun sendiri.
kwalitas     : Terkadang pasien sering gelisa karena tidak nyaman dengan lingkungan rumah sakit,pasien tidak bisa tidur dengan nyenyak dikarenakan mudah terbangun.
Pola aktivitas
         Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sebelum sakit bekerja secara keras namun setelah mengalami sakit tidak bisa BAB,pusing,mual,panas dan nyeri perut masuk RS sehingga tidak bisa melakukan aktivitasnya seperti semula dahulu sebelum sakit.
Pola hygiene
Sebelum MRS
mandi secara teratur 2x sehari,keramas 1x,sikat gigi 1x sehari,dan memotong kuku 1 minggu sekali
setelah MRS
pasien tidak perna mandi dikarenakan keadaannya yang lemah,yang hanya diseka
B.        Data objektiv
         Pemeriksaan umum
Keadaan umum masih sangatlah lemah dan lesu
Keadaan                    : Composmentis
GCS                           : E4V5MG
BB/TB                       : 60kg/167cm
TTV
T                                : 120/80
RR                             : 20
Suhu                          : 36,70C
N                                : 80
                     Pemeriksaan fisik
         Inspeksi
Kepala                         : pasien mengeluh pusing atau nyeri kepala
Rambut dan kepala     :warna rambut putih,acak-acakan,kebersihan kulit kepala dan rambut kurang
Wajah                          :semetris,ekspresi muka merintih menahan sakit
Mata                            :Simetris,sklera agak kekuning-kuningan,reflek cahaya baik,konjungtiva merah muda,pupil isokator,koordinasi negativ,kornea ada bintik-bintik,tidak ada alat bantu
Telinga                                    :Simetris,tidak ada serumen,tidak menggunakan alat bantu
 Mulut dan bibir          :simetris,bibirnya pucat,tidak ada stomatitis,terdapat caries dan sedikit berbau
Leher                           :Tidak ada benjolan tyroid dan pembengkakan limfe,dan tidak ada bekas luka
Dada                           : Simetris,tidak ada bekas luka
Kulit                            : Sedikit pucat,lebab,turgur normal
Otot dan tulang           : Nyeri pada perut,tidak ada patah tulang,syaraf compos mentis,GCS 4-5-6
Abdomen                    : Tidak ada bekas luka,simetris
Genetalia                     : Tidak tekaji,memakai kateter
Ekstrimitas atas           : simetris,pergerakanm aktiv,jari-jari normal,terpasang infus pada tangan sebelah kiri
Ekstrimitas bawah       : Simetris,tidak ada bekas luka
         Palpasi
Kepala                                      : Tidak ada nyeri tekan
Mata                                         : Tidak ada nyeri tekan
Hidung                                     : Tidak ada nyeri tekan,tidak ada benjolan dan tidak ada polip
Telinga                                      : Tidak ada nyeri tekan
Leher                                        : Tidak ada pembesaran kelenjar teroid dan vena jugularis
Abdomen                                  : Ada nyeri tekan
Ekstrimitas atas dan bawah      : Tidak ada benjolan dan pembengkakan

         Aukultasi
Dada dan paru-paru                : Bunyi nafas normal bersih,tipe pernafasan dada,tidak sesak,jantung bunyi lupdup,tidak ada weizing dan ronchi
Abdomen                                : Bising usus

         Perkusi
Dada dan paru-paru                : Suara perkusi paru sonor (dug)
Abdomen                                : Suara abdomen sonor
C.   Pemeriksaan penunjang
         Tanggal/jam terima         : 19 mei 2013 12:33:15
·         Radiologi
Darah rendah otomatic
Pemeriksaan
hasil
Nilai normal
hemoglobin
11,7
11,4-17,7 g/dl
Lekosit
16,300
4,700-10,300/cmm
Hematokrit
34,3
37-48%
Eritrosit
4050.000
L 4,5-5,5 P 4-5 jt/ul
trombosit
231.000
150.000-350.000/cmm

·         Urinalisis
pemeriksaan
hasil
Nilai normal
Ph
7
5,5-7
Bilrubin
negative
Negative
sedimen
1-2
-
Leokosit
-
-
Eritrosit
-
-
Silender
0,2
1-2/lp
Epitel
-
-
Kristol
-
-
dll


Protein                         : negativ
Reduksi                       : negativ
·         serologi
Tes widal
O
+1/200

H
negativ

P+
negativ

pb
negativ
·         FAAL hepar (LFT)
SGOT
74
UL (10-34)
SGPT
61
UL (9-43)

D.  Terapi yang diberikan
Dilakukan pada jam 20.00
Infus 20 tetesan/menit
Injeksi infus 3x1 grm
Injeksi Aminofolin 3x1grm
21'' Ganti R1 III Ratin Lap
22'' T              :110/80
S              :36,00C
N              :88
RR           :22
04'' Ganti RL IV
Injeksi cefiriacone 3x1 grm
Injeksi Terbulatin 2x1
Injeksi aminofolin
Injeksi keterolac tromethamine
Injeksi Dexamethasone 2:1
Sementara puasa
Infus HL anto dengan makro
Lab 20 mei 2013
S        : Pasien mengatakan masih nyeri tekan
O        : Skala nyeri 3
A        : masalah terelasiasi
P        : Inversi kolaborasi dengan tim medis lain







PENUTUP

Kesimpulan

      Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garan dan mengontrol osmolaritas ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion bikarbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan mengeksresikan ion hidrogen dan CO2 dan sistem dapar (buffer) kimia dalam cairan tubuh.



















DAFTAR PUSTAKA
Docterman dan Bullechek. Nursing Invention Classifications (NIC), Edition 4, United States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2004.
Nanda International (2009). Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi. 2009-2011. Penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta
Maas, Morhead, Jhonson dan Swanson. Nursing Out Comes (NOC), United States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2004.
Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan. Edisi 4. Salemba Medika : Jakarta
Alimul Hidayat, Azis. 2005. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC
Barbara Kozier, Fundamental Of Nursing Concept, Process and Practice, Fifth Edition, Addison
Wsley Nursing, California, 1995
Dolores F. Saxton, Comprehensive Review Of Nursing For NCLEK-RN, Sixteenth Edition, Mosby,
St. louis, Missouri, 1999.
Sylvia Anderson Price, Alih : Peter Anugerah, Pathofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit,
Edisi kedua, EGC, Jakarta, 1995.