LAPORAN
PENDAHULUAN
DAN
ASUHAN
KEBIDANAN
PADA TN “S”
DENGAN
DIAGNOSA ILEUS OBTRE
DENGAN
KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
DI PAVILIUM
MAWAR RSUD JOMBANG

DISUSUN OLEH
:
ALFI NUR LAILA
ALFI NUR LAILA
NIM:
7212003
PRODI DIII
KEBIDANAN
FAKULTAS
ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS
PESANTREN TINGGI DARUL ULUM
PETERONGAN
JOMBANG
2013
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR
MANUSIA PADA TN “ S” UMUR 60 TAHUN DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN
ELEKTROLIT DI RSUD RUANG MAWAR KABUPATEN JOMBANG
OLEH MAHASISWA : ALFI NUR LAILA
Telah di Sahkan Pada
Hari :
Tanggal :
Tempat : PAVILIUM MAWAR RSUD JOMBANG
MAHASISWA
ALFI NUR LAILA
NIM : 7212003
MENGETAHUI
PEMBIMBING PENDIDIK PEMBIMBING KLINIK
SITI
AISYAH P, Amd. Keb AMINUL WAHIB , Am .K
NIP : 197904161999031003
KEPALA RUANGAN
SUYATMINI, Amd, Keb
NIP : 196405131985022002
BAB 1
LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Latar Belakang
Manusia
sebagai organisme multiseluler dikelilingi oleh lingkungan luar (milieu exterior) dan sel-selnya pun
hidup dalam milieu interior yang
berupa darah dan cairan tubuh lainnya. Cairan dalam tubuh, termasuk darah,
meliputi lebih kurang 60% dari total berat badan laki-laki dewasa. Dalam cairan
tubuh terlarut zat-zat makanan dan ion-ion yang diperlukan oleh sel untuk
hidup, berkembang dan menjalankan tugasnya.
Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik sangat dipengaruhi
oleh lingkungan di sekitarnya. Semua pengaturan fisiologis untuk mempertahankan
keadaan normal disebut homeostasis. Homeostasis ini bergantung pada kemampuan
tubuh mempertahankan keseimbangan antara subtansi-subtansi yang ada di milieu interior.
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter
penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ektrasel. Ginjal
mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan
mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan
cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam
dan urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal
dari air dan garam tersebut.
Ginjal juga
turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur
keluaran ion hidrogen dan ion karbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain
ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru
dengan mengekskresikan ion hidrogen dan CO2, dan sistem dapar (buffer) kimi dalam cairan tubuh.
A. DEFINISI
Kebutuhan cairan dan elektrolit
adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang
tetap dalam berespons terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Cairan dan
elektrolit saling berhubungan, ketidakseimbangan yang berdiri sendiri jarang
trjadi dalam bentuk berlebihan atau kekurangan. Cairan dan elektrolit
sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuhtetap sehat.
Keseimbangan
cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari
fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi
dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri
dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat
kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion
jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui
makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian
tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal
dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan
cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah
satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
B. FISIOLOGI CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Cairan dan substansi yang ada di
dalamnya berpindah dari cairan interstitial masuk kedalam sel. Pembuluh darah
kapiler dan membrane sel yang merupakan membran semipermiabel mampu memfilter
tidak semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah. Metode
perpindahan dari cairan dan elektrolit tubuh dengan beberapa cara yaitu:
1.
Difusi
Merupakan proses di mana partikel
yang terdapat di dalam cairan bergerak dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi
rendah sampai terjadi keseimbangan. Cairan dan elektrolit di difusikan menembus
membrane sel. Klecepatan difusi di pengaruhi oleh ukuran molekul, konsentarsi
larutan dan temperature.
2.
Osmosis
Merupakan bergeraknya pelarut bersih
seperti air, melaui membran semipermiabel dan larutan yang berkosentrasi lebih
rendah ke kosentrsi yang lebih tinggi yang sifat nya menarik.
3.
Transport aktif
Partikel bergerak dari konsentrasi
rendah ke lebih tinggi karena adanya daya aktif dari tubuh seperti pompa
jantung.
C. KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
|
No
|
Umur / BB (Kg)
|
Kebutuhan cairan (mL/24 jam)
|
|
1
|
3 hari, 30 kg
|
250-300
|
|
2
|
1 tahun, 9,5 kg
|
1150-1300
|
|
3
|
2 tahun, 11,8 kg
|
1350-1500
|
|
4
|
6 tahun, 20,0 kg
|
1800-2000
|
|
5
|
10 tahun, 28,7 kg
|
2000-2500
|
|
6
|
14 tahun, 45,0 kg
|
2200-2700
|
|
7
|
18 tahu, 54,0 kg
|
2200-2700
|
Volume cairan tubuh
Total jumlah volume cairan tubuh
(total body water-TBW) kira-kira 60% dari berat badan pria dan 50% dari berat
badan wanita. Jumlah volume ini tergantung pada kandungan lemak badan dan usia.
Lemak jaringan sangat sedikit menyimpan cairan di mana lemak pada wanita lebih
banyak dari pria sehingga jumlah volume cairan lebih rendah dari pria. Usia
juga berpengaruh terhadap TBW di mana makin tua usia makin sedikit kandungan
airnya. Contoh: bayi baru lahir TBW nya 70-80% dari BB, usia 1 tahun 60% dari
BB, usia puberitas sampai dengan 39 tahun untuk pria 60% dari BB dan wanita 52%
dari BB, usia 40-60 tahun untuk pria 55% dari BB dan wanita 47% dari BB,
sedangkan pada usia di atas 60 tahun untuk pria 52% dari BB dan wanita 46% dari
BB.
D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
1. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi
tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh pada luas permukaan tubuh,
metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami
gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering
terjadi gangguan keseimbangan cairan di karenakan gangguan fungsi ginjal ataw
jantung.
2. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang
panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah memiliki peningkatan
kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat.
Sedangkan seseorang yang beraktifitas di
lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.
3. Diet
Diet seseorag berpengaruh terhadap
intake cairan dan elktrolit. Ketika intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh
akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan
protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses
keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
4. stress
Stress
dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen otot.
Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila
berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
5. Kondisi sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh
terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit misalnya:
- Trauma seperti luka bakar
akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
- Penyakit ginjal dan
kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh.
- Pasien dengan penurunan tingkat
kesadaran akan mengalami ganguan pemenuhan intake cairan karena kehilangan
kemapuan untuk memenuhinya secara mandiri.
6. Tindakan medis
Banayak tindakan medis akan
berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh seperti: suction, NGT
dan lain-lain.
7.
Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian
dueretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan dan elektrolit tubuh.
8. Pembedahan
pasien dengan tindakan pembedahan
memiliki resiko tinggimengalami gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh karena kehilangan darah selama pembedahan.
E. MASALAH-MASALAH
GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
1. Hipovolemik
Hipovolemik
Adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan ekstra seluler (CES) dan
dapat terjadi karena kehilangan melalui kulit, ginjal, gastrointestinal,
pendarahan sehingga menimbulkan syok hipovolemik. Mekanisme nya adalah
peningkatan rangsangan saraf simpatis (peningkatan frekuensi jantung, kontraksi
jantung dan tekanan vaskuler), rasa haus, pelepasan hormone ADH dan adosteron.
Gejala: pusing, lemah, letih, anoreksia, mual muntah, rasa haus, gangguan
mental, konstipasi dan oliguri, penurunan TD, HR meningkat, suhu meningkat,
turgor kulit menurun, lidah terasa kering dan kasar, mukosa mulut kering.
Tanda-tanda
penurunan berat badan dengan akut, mata cekung, pengosongan vena
jugularis. Pada bayi dan anak adanya penurunan jumlah air mata.
2.
Hipervolemi
Hipervolemi
Adalah penambahan/kelebihan volume CES dapat terjadi pada saat:
a)
Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air.
b)
Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air.
c)
Kelebihan pemberian cairan.
d)
Perpindahan cairan interstisial ke plasma.
Gejala diantara lain:
sesak napas,
peningkatan dan penurunan TD,
nadi kuat,
asites,
adema,
adanya ronchi,
kulit lembab,
distensi vena leher,
dan irama gallop.
F. Resiko atau
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
resiko atau gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit adalah:
1. Devisit volume cairan
NOC:
· Fluid balance
· Hydration
· Nutritional Status : Food
and Fluid Intake
2.
Kelebihan Volume Cairan
NOC :
·
Electrolit and acid base balance
·
Fluid balance
·
Hydration
G.
Tindakan mengatasipemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit
a. pemberian cairan melalui infus
b. transfusi darah
H. Keseimbangan intake & output.
Di dalam tubuh seorang yang sehat volume cairan tubuh dan komponen kimia dari cairan tubuh selalu berada dalam kondisi dan batas yang nyaman. Dalam kondisi normal intake cairan sesuai dengan kehilangan cairan tubuh yang terjadi. Kondisi sakit dapat menyebabkan gangguan pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Dalam rangka mempertahankan fungsi tubuh maka tubuh akan kehilanagn caiaran antara lain melalui proses penguapan ekspirasi, penguapan kulit, ginjal (urine),ekresi pada proses metabolisme.
a. Intake Cairan :
Selama aktifitas dan temperatur yang sedang seorang dewasa minum kira-lira 1500 ml per hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500 ml per hari sehingga kekurangan sekitar 1000 ml per hari diperoleh dari makanan, dan oksidasi selama proses metabolisme. Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus dikendalikan berada di otak Sedangakan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume darah. Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walupun kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi oleh tractus gastrointestinal.
b.Output Cairan :
Kehilangan caiaran tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :
a.Urine :
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal output urine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam. Pada orang dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine bervariasi dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.
b.IWL (Insesible Water Loss) :
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, Melalui kulit dengan mekanisme difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalah berkisar 300-400 mL per hari, tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL dapat meningkat.
c.Keringat :
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.
d.Feces :
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari, yang diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).
3. Perpindahan Cairan dan Elektrolit Tubuh.
Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :
a.Fase I :
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan nutrisi dan oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.
b.Fase II :
Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel.
c.Fase III :
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial masuk ke dalam sel.
Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan membran semipermiabel mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah. Metode perpindahan dari cairan dan elektrolit tubuh dengan cara :
• Diffusi
• Filtrasi
• Osmosis
• Aktiv Transport
Diffusi dan osmosis adalah mekanisme transportasi pasif. Hampir semua zat berpindah dengan mekanisme transportasi pasif. Diffusi sederhana adalah perpindahan partikel-partikel dalam segala arah melalui larutan atau gas. Beberapa faktor yang mempengaruhi mudah tidaknya difusi zat terlarut menembus membran kapiler dan sel yaitu :
• Permebelitas membran kapiler dan sel
• Konsenterasi
• Potensial listrik
• Perbedaan tekanan.
Osmosis adalah proses difusi dari air yang disebabkan oleh perbedaan konsentrasi. Difusi air terjadi pada daerah dengan konsenterasi zat terlarut yang rendah ke daerah dengan konsenterasi zat terlarut yang tinggi.
Perpindahan zat terlarut melalui sebuah membrane sel yang melawan perbedaan konsentrasi dan atau muatan listrik disebut transportasi aktif. Transportasi aktif berbeda dengan transportasi pasif karena memerlukan energi dalam bentuk adenosin trifosfat (ATP). Salah satu contonya adalah transportasi pompa kalium dan natrium.
Natrium tidak berperan penting dalam perpindahan air di dalam bagian plasma dan bagian cairan interstisial karena konsentrasi natrium hampir sama pada kedua bagian itu. Distribusi air dalam kedua bagian itu diatur oleh tekanan hidrostatik yang dihasilkan oleh darah kapiler, terutama akibat oleh pemompaan oleh jantung dan tekanan osmotik koloid yang terutama disebabkan oleh albumin serum. Proses perpindahan cairan dari kapiler ke ruang interstisial disebut ultrafilterisasi. Contoh lain proses filterisasi adalah pada glomerolus ginjal.
Meskipun keadaan di atas merupakan proses pertukaran dan pergantian yang terus menerus namun komposisi dan volume cairan relatif stabil, suatu keadaan yang disebut keseimbangan dinamis atau homeostatis.
Di dalam tubuh seorang yang sehat volume cairan tubuh dan komponen kimia dari cairan tubuh selalu berada dalam kondisi dan batas yang nyaman. Dalam kondisi normal intake cairan sesuai dengan kehilangan cairan tubuh yang terjadi. Kondisi sakit dapat menyebabkan gangguan pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Dalam rangka mempertahankan fungsi tubuh maka tubuh akan kehilanagn caiaran antara lain melalui proses penguapan ekspirasi, penguapan kulit, ginjal (urine),ekresi pada proses metabolisme.
a. Intake Cairan :
Selama aktifitas dan temperatur yang sedang seorang dewasa minum kira-lira 1500 ml per hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500 ml per hari sehingga kekurangan sekitar 1000 ml per hari diperoleh dari makanan, dan oksidasi selama proses metabolisme. Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus dikendalikan berada di otak Sedangakan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume darah. Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walupun kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi oleh tractus gastrointestinal.
b.Output Cairan :
Kehilangan caiaran tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :
a.Urine :
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal output urine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam. Pada orang dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine bervariasi dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.
b.IWL (Insesible Water Loss) :
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, Melalui kulit dengan mekanisme difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalah berkisar 300-400 mL per hari, tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL dapat meningkat.
c.Keringat :
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.
d.Feces :
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari, yang diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).
3. Perpindahan Cairan dan Elektrolit Tubuh.
Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :
a.Fase I :
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan nutrisi dan oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.
b.Fase II :
Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel.
c.Fase III :
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial masuk ke dalam sel.
Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan membran semipermiabel mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah. Metode perpindahan dari cairan dan elektrolit tubuh dengan cara :
• Diffusi
• Filtrasi
• Osmosis
• Aktiv Transport
Diffusi dan osmosis adalah mekanisme transportasi pasif. Hampir semua zat berpindah dengan mekanisme transportasi pasif. Diffusi sederhana adalah perpindahan partikel-partikel dalam segala arah melalui larutan atau gas. Beberapa faktor yang mempengaruhi mudah tidaknya difusi zat terlarut menembus membran kapiler dan sel yaitu :
• Permebelitas membran kapiler dan sel
• Konsenterasi
• Potensial listrik
• Perbedaan tekanan.
Osmosis adalah proses difusi dari air yang disebabkan oleh perbedaan konsentrasi. Difusi air terjadi pada daerah dengan konsenterasi zat terlarut yang rendah ke daerah dengan konsenterasi zat terlarut yang tinggi.
Perpindahan zat terlarut melalui sebuah membrane sel yang melawan perbedaan konsentrasi dan atau muatan listrik disebut transportasi aktif. Transportasi aktif berbeda dengan transportasi pasif karena memerlukan energi dalam bentuk adenosin trifosfat (ATP). Salah satu contonya adalah transportasi pompa kalium dan natrium.
Natrium tidak berperan penting dalam perpindahan air di dalam bagian plasma dan bagian cairan interstisial karena konsentrasi natrium hampir sama pada kedua bagian itu. Distribusi air dalam kedua bagian itu diatur oleh tekanan hidrostatik yang dihasilkan oleh darah kapiler, terutama akibat oleh pemompaan oleh jantung dan tekanan osmotik koloid yang terutama disebabkan oleh albumin serum. Proses perpindahan cairan dari kapiler ke ruang interstisial disebut ultrafilterisasi. Contoh lain proses filterisasi adalah pada glomerolus ginjal.
Meskipun keadaan di atas merupakan proses pertukaran dan pergantian yang terus menerus namun komposisi dan volume cairan relatif stabil, suatu keadaan yang disebut keseimbangan dinamis atau homeostatis.
Dehidrasi
1.difinisi
Dehidrasi adalah gangguan dalam
keseimbangan cairan atau air pada tubuh. Hal ini terjadi karena pengeluaran air
lebih banyak daripada pemasukan (misalnya minum). Gangguan kehilangan cairan
tubuh ini disertai dengan gangguan keseimbangan zat elektrolit tubuh.
Dehidarasi dapat terjadi karena :
• Kekurangan zat natrium
• Kekurangan air
• Kekurangan natrium dan air
Dehidrasi adalah berkurangnya cairan tubuh total, dapat berupa hilangnya air lebih banyak dari natrium (dehidrasi hipertonik), atau hilangnya air dan natrium dalam jumlah yang sama (dehidrasi isotonik), atau hilangnya natrium lebih banyak daripada air (dehidrasi hipotonik). Dehidrasi hipotonik ditandai dengan tingginya kadar natrium serum (lebih dari 145 mEq/L) dan peningkatan osmolalitas efektif serum (lebih dari 285 mosmol/liter). Dehidrasi isotonik ditandai dengan normalnya kadar natrium serum (135 – 145 mEq/L) dan osmolalitas efektif serum (270 – 285 mosmol/liter). Dehidrasi hipotonik ditandai dengan rendahnya kadar natrium serum (kurang dari 135 mEq/L) dan osmolalitas efektif serum (kurang dari 270 mosmol/liter).
• Kekurangan zat natrium
• Kekurangan air
• Kekurangan natrium dan air
Dehidrasi adalah berkurangnya cairan tubuh total, dapat berupa hilangnya air lebih banyak dari natrium (dehidrasi hipertonik), atau hilangnya air dan natrium dalam jumlah yang sama (dehidrasi isotonik), atau hilangnya natrium lebih banyak daripada air (dehidrasi hipotonik). Dehidrasi hipotonik ditandai dengan tingginya kadar natrium serum (lebih dari 145 mEq/L) dan peningkatan osmolalitas efektif serum (lebih dari 285 mosmol/liter). Dehidrasi isotonik ditandai dengan normalnya kadar natrium serum (135 – 145 mEq/L) dan osmolalitas efektif serum (270 – 285 mosmol/liter). Dehidrasi hipotonik ditandai dengan rendahnya kadar natrium serum (kurang dari 135 mEq/L) dan osmolalitas efektif serum (kurang dari 270 mosmol/liter).
2. Penyebab Dehidrasi
Dehidrasi terjadi bila kehilangan cairan sangat besar sementara pemasukan cairan sangat kurang. Beberapa kondisi yang sering menyebabkan dehidrasi antara lain :
a. Diare merupakan keadaan yang paling sering menyebabkan kehilangan cairan dalam jumlah besar. Di seluruh dunia, 4 juta anak-anak meninggal setiap tahun karena dehidrasi akibat diare.
b. Muntah sering menyebabkan dehidrasi karena sangat sulit untuk menggantikan cairan yang keluar dengan cara minum.
c. Tubuh kehilangan banyak cairan saat berkeringat. Kondisi lingkungan yang panas akan menyebabkan tubuh berusaha mengatur suhu tubuh dengan mengeluarkan keringat. Bila keadaan ini berlangsung lama sementara pemasukan cairan kurang maka tubuh dapat jatuh ke dalam kondisi dehidrasi.
d. Peningkatan kadar gula darah pada penderita diabetes atau kencing manis akan menyebabkan banyak gula dan air yang dikeluarkan melalui kencing sehingga penderita diabetes akan mengeluh sering kebelakang untuk kencing.
e. Penderita luka bakar dapat mengalami dehidrasi akibat keluarnya cairan berlebihan pada kulit yang rusak oleh luka bakar.
f. Orang yang mengalami kesulitan minum oleh karena suatu sebab rentan untuk jatuh ke kondisi dehidrasi.
Dehidrasi terjadi bila kehilangan cairan sangat besar sementara pemasukan cairan sangat kurang. Beberapa kondisi yang sering menyebabkan dehidrasi antara lain :
a. Diare merupakan keadaan yang paling sering menyebabkan kehilangan cairan dalam jumlah besar. Di seluruh dunia, 4 juta anak-anak meninggal setiap tahun karena dehidrasi akibat diare.
b. Muntah sering menyebabkan dehidrasi karena sangat sulit untuk menggantikan cairan yang keluar dengan cara minum.
c. Tubuh kehilangan banyak cairan saat berkeringat. Kondisi lingkungan yang panas akan menyebabkan tubuh berusaha mengatur suhu tubuh dengan mengeluarkan keringat. Bila keadaan ini berlangsung lama sementara pemasukan cairan kurang maka tubuh dapat jatuh ke dalam kondisi dehidrasi.
d. Peningkatan kadar gula darah pada penderita diabetes atau kencing manis akan menyebabkan banyak gula dan air yang dikeluarkan melalui kencing sehingga penderita diabetes akan mengeluh sering kebelakang untuk kencing.
e. Penderita luka bakar dapat mengalami dehidrasi akibat keluarnya cairan berlebihan pada kulit yang rusak oleh luka bakar.
f. Orang yang mengalami kesulitan minum oleh karena suatu sebab rentan untuk jatuh ke kondisi dehidrasi.
3. Gejala dan Tanda-Tanda dehidrasi
Respon awal tubuh terhadap dehidrasi antara lain berupa rasa haus untuk meningkatkan pemasukan cairan hingga dengan penurunan produksi kencing untuk mengurangi seminimal mungkin cairan yang keluar. Air seni akan tampak lebih pekat dan berwarna gelap.
Jika kondisi awal ini tidak tertanggulangi maka tubuh akan masuk ke kondisi selanjutnya yaitu :
a. Mulut kering.
b. Berkurangnya air mata.
c. Berkurangnya keringat.
d. Kekakuan otot.
e. Mual dan muntah.
f. Kepala terasa ringan terutama saat berdiri.
Selanjutnya tubuh dapat jatuh ke kondisi dehidrasi berat yang gejalanya berupa gelisah dan lemah lalu koma dan kegagalan multi organ. Bila ini terjadi maka akan sangat sulit untuk menyembuhkan dan dapat berakibat fatal.
Respon awal tubuh terhadap dehidrasi antara lain berupa rasa haus untuk meningkatkan pemasukan cairan hingga dengan penurunan produksi kencing untuk mengurangi seminimal mungkin cairan yang keluar. Air seni akan tampak lebih pekat dan berwarna gelap.
Jika kondisi awal ini tidak tertanggulangi maka tubuh akan masuk ke kondisi selanjutnya yaitu :
a. Mulut kering.
b. Berkurangnya air mata.
c. Berkurangnya keringat.
d. Kekakuan otot.
e. Mual dan muntah.
f. Kepala terasa ringan terutama saat berdiri.
Selanjutnya tubuh dapat jatuh ke kondisi dehidrasi berat yang gejalanya berupa gelisah dan lemah lalu koma dan kegagalan multi organ. Bila ini terjadi maka akan sangat sulit untuk menyembuhkan dan dapat berakibat fatal.
4. Cara Mengatasi dan Mengobati Dehidrasi
Dehidrasi dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Dehidrasi sangat mudah dikenali saat awal kejadian sehingga makin cepat dilakukan koreksi maka akan semakin baik hasil yang didapatkan. Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya dehidrasi antara lain :
a. Penderita diare dan muntah muntah dapat diberikan pengobatan awal untuk mencegah kehilangan cairan yang lebih lanjut. Obat obatan ini terutama untuk mengurangi gejala yang terjadi.
b. Obat penurun panas dapat diberikan untuk menurunkan suhu tubuh.
c. Penderita diberikan minum sebanyak mungkin dengan cara bertahap namun frekuensinya ditingkatkan.
Prinsip utama pengobatan dehidrasi adalah penggantian cairan. Penggantian cairan ini dapat berupa banyak minum, bila minum gagal maka dilakukan pemasukan cairan melalui infus. Tapi yang utama disini adalah penggantian cairan sedapat mungkin dari minuman.
Keputusan menggunakan cairan infus sangat terggantung dari kondisi pasien berdasarkan pemeriksaan dokter. Keberhasilan penanganan dehidrasi dapat dilihat dari produksi kencing.
Penggunaan obat-obatan diperlukan untuk mengobati penyakit-penyakit yang merupakan penyebab dari dehidrasi seperti diare, muntah dan lain-lain.
Dehidrasi dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Dehidrasi sangat mudah dikenali saat awal kejadian sehingga makin cepat dilakukan koreksi maka akan semakin baik hasil yang didapatkan. Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya dehidrasi antara lain :
a. Penderita diare dan muntah muntah dapat diberikan pengobatan awal untuk mencegah kehilangan cairan yang lebih lanjut. Obat obatan ini terutama untuk mengurangi gejala yang terjadi.
b. Obat penurun panas dapat diberikan untuk menurunkan suhu tubuh.
c. Penderita diberikan minum sebanyak mungkin dengan cara bertahap namun frekuensinya ditingkatkan.
Prinsip utama pengobatan dehidrasi adalah penggantian cairan. Penggantian cairan ini dapat berupa banyak minum, bila minum gagal maka dilakukan pemasukan cairan melalui infus. Tapi yang utama disini adalah penggantian cairan sedapat mungkin dari minuman.
Keputusan menggunakan cairan infus sangat terggantung dari kondisi pasien berdasarkan pemeriksaan dokter. Keberhasilan penanganan dehidrasi dapat dilihat dari produksi kencing.
Penggunaan obat-obatan diperlukan untuk mengobati penyakit-penyakit yang merupakan penyebab dari dehidrasi seperti diare, muntah dan lain-lain.
5. Pencegahan Dehidrasi
Dehidrasi dapat dicegah dengan melakukan beberapa upaya berikut :
a. Lingkungan
Dehidrasi yang disebabkan oleh faktor lingkungan sangat mungkin untuk dilakukan pencegahan. Jika memungkinkan, aturlah jadual kegiatan atau aktifitas fisik yang sesuai dengan kondisi lingkungan. Jangan melakukan aktifitas berlebihan pada siang hari.
b. Olah raga
Orang yang berolah raga pada kondisi cuaca yang panas harus minum lebih banyak cairan.
c. Umur
Umur uda dan tua sama beresikonya untuk mengalami dehidrasi.
Dehidrasi bukan kondisi yang tidak dapat dicegah namun bila terjadi dan tertangani dengan baik maka kondisi yang tidak diinginkan bisa dihindari.
Dehidrasi kerap kali menyebabkan kulit jadi tipis dan lebih cepat kelihatan berkerut. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah dehidrasi pada kulit, yaitu dengan minum banyak cairan, normalnya disarankan untuk mengkonsumsi paling sedikit 8 gelas cairan sehari, minum minuman berenergi dapat mendorong orang-orang aktif, lebih banyak minum cairan karena kandungan rasa dan sodium tinggi di dalamnya, hindari minuman berkafein dan yang mengandung alkohol, keduanya sama-sama dapat menyebabkan dehidrasi, hindari minuman yang mengandung carbonat karena pembakaran bisa menyebabkan penggelembungan atau perasaan penuh dan mencegah pemenuhan konsumsi cairan, mengenakan pakaian berwarna terang, yang menyerap
dan berukuran pas, usahakan berada di tempat yang sejuk, terlindungi dari matahari dan lindungi kulit dengan sunblock kapan saja selebihnya, menyadari dan mempersiapkan adalah cara termudah untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Di hari yang panas, untuk orang yang sedang beraktivitas bisa mengalami dehidrasi hanya dalam waktu 15 menit.
Jika Anda mengalami pertanda ini, segeralah hentikan aktivitas dan beristirahatlah di tempat yang sejuk. Minum cairan sebanyak mungkin untuk menggantikan air yang hilang dari tubuh Anda.
Jenis cairan kristaloid yang digunakan untuk rehidrasi tergantung dari jenis dehidrasinya. Pada dehidrasi isotonik dapat diberikan cairan NaCl 0,9% atau dekstrosa 5% dengan kecepatan 25 – 30% dari defisit cairan total per hari. Pada dehidrasi hipertonik digunakan cairan NaCl 0,45%. Dehidrasi hipotonik ditatalaksana dengan mengatasi penyebab yang mendasari, penambahan diet natrium, dan bila perlu pemberian cairan hipertonik
Penyebab dehidrasi yang lebih sering terjadi karena disebabkan oleh hilangnya Natrium dan air dari daerah yang terdapat tekanan osmotik yang rendah dan penggeseran air ke dalam sel, apabila larutan NaCL isotonik banyak terbuang, volume ekstraseliuler dan Intraseluler kecil, darah menjadi pekat dan hampir tidak dapat mengalir.
Sel tubuh akan di genangi oleh cairan yang mengandung oksigen dan bahan makanan yang tidak mencukupi pada dehidrasi yang murni akibat kehilangan air, pengobatannya ialah minum air atau Infus glukosa 5 %, Intravena secukupnya, glukosa 5 % atau air leding biasa akan juga di serap dari rektrum.
Pada dehidrasi yang primer sebagai akibat kehilangan Natrium, perlu di berikan air garam fisrologik secukupnya, kalau terjadi serebal yang berat, larutan NaCL hepertonik perlu di berikan.
Dehidrasi dapat dicegah dengan melakukan beberapa upaya berikut :
a. Lingkungan
Dehidrasi yang disebabkan oleh faktor lingkungan sangat mungkin untuk dilakukan pencegahan. Jika memungkinkan, aturlah jadual kegiatan atau aktifitas fisik yang sesuai dengan kondisi lingkungan. Jangan melakukan aktifitas berlebihan pada siang hari.
b. Olah raga
Orang yang berolah raga pada kondisi cuaca yang panas harus minum lebih banyak cairan.
c. Umur
Umur uda dan tua sama beresikonya untuk mengalami dehidrasi.
Dehidrasi bukan kondisi yang tidak dapat dicegah namun bila terjadi dan tertangani dengan baik maka kondisi yang tidak diinginkan bisa dihindari.
Dehidrasi kerap kali menyebabkan kulit jadi tipis dan lebih cepat kelihatan berkerut. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah dehidrasi pada kulit, yaitu dengan minum banyak cairan, normalnya disarankan untuk mengkonsumsi paling sedikit 8 gelas cairan sehari, minum minuman berenergi dapat mendorong orang-orang aktif, lebih banyak minum cairan karena kandungan rasa dan sodium tinggi di dalamnya, hindari minuman berkafein dan yang mengandung alkohol, keduanya sama-sama dapat menyebabkan dehidrasi, hindari minuman yang mengandung carbonat karena pembakaran bisa menyebabkan penggelembungan atau perasaan penuh dan mencegah pemenuhan konsumsi cairan, mengenakan pakaian berwarna terang, yang menyerap
dan berukuran pas, usahakan berada di tempat yang sejuk, terlindungi dari matahari dan lindungi kulit dengan sunblock kapan saja selebihnya, menyadari dan mempersiapkan adalah cara termudah untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Di hari yang panas, untuk orang yang sedang beraktivitas bisa mengalami dehidrasi hanya dalam waktu 15 menit.
Jika Anda mengalami pertanda ini, segeralah hentikan aktivitas dan beristirahatlah di tempat yang sejuk. Minum cairan sebanyak mungkin untuk menggantikan air yang hilang dari tubuh Anda.
Jenis cairan kristaloid yang digunakan untuk rehidrasi tergantung dari jenis dehidrasinya. Pada dehidrasi isotonik dapat diberikan cairan NaCl 0,9% atau dekstrosa 5% dengan kecepatan 25 – 30% dari defisit cairan total per hari. Pada dehidrasi hipertonik digunakan cairan NaCl 0,45%. Dehidrasi hipotonik ditatalaksana dengan mengatasi penyebab yang mendasari, penambahan diet natrium, dan bila perlu pemberian cairan hipertonik
Penyebab dehidrasi yang lebih sering terjadi karena disebabkan oleh hilangnya Natrium dan air dari daerah yang terdapat tekanan osmotik yang rendah dan penggeseran air ke dalam sel, apabila larutan NaCL isotonik banyak terbuang, volume ekstraseliuler dan Intraseluler kecil, darah menjadi pekat dan hampir tidak dapat mengalir.
Sel tubuh akan di genangi oleh cairan yang mengandung oksigen dan bahan makanan yang tidak mencukupi pada dehidrasi yang murni akibat kehilangan air, pengobatannya ialah minum air atau Infus glukosa 5 %, Intravena secukupnya, glukosa 5 % atau air leding biasa akan juga di serap dari rektrum.
Pada dehidrasi yang primer sebagai akibat kehilangan Natrium, perlu di berikan air garam fisrologik secukupnya, kalau terjadi serebal yang berat, larutan NaCL hepertonik perlu di berikan.
KONSEP MEDIS
Ileus
Obstruksi
•
Definisi
Ileus obstruktif adalah obstruksi
usus akibat dari penghambatan motilitas usus yang dapat ditimbulkan oleh banyak
penyebab. Beberapa pengertian obstruksi usus dan ileus obstruksi menurut para
ahli, yaitu:
•
Obstruksi usus adalah sumbatan total atau
parsial yang mencegah aliran normal melalui saluran pencernaan
•
Obstruksi usus adalah gangguan isi usus
disepanjang saluran usus
•
Obstruksi usus adalah gangguan pada aliran
normal isi usus sepanjang traktus intestinal
•
Obstruksi terjadi ketika ada gangguan
yang menyebabkan terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi peristaltiknya
normal
•
Obstruksi usus merupakan suatu blok saluran
usus yang menghambat pasase cairan, flatus dan makanan dapat secara mekanis
atau fungsional
•
Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan
mekanis pada usus dimana merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau
menganggu jalannya isi usus
Dari
definisi diatas dapat disimpulkan bahwa obstruksi usus adalah sumbatan total atau parsial yang
menghalangi aliran normal melalui saluran pencernaan atau gangguan usus
disepanjang usus. Sedangkan Ileus
obstruktif adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang
disebabkan oleh sumbatan mekanik.
Ada dua tipe obstruksi yaitu :
•
Mekanis (Ileus Obstruktif)
Suatu
penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh peristaltik. Ileus
obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia stragulata atau kronis akibat
karsinoma yang melingkari. Misalnya intusepsi, tumor polipoid dan neoplasma
stenosis, obstruksi batu empedu, striktura, perlengketan, hernia dan abses.
•
Neurogenik/fungsional (Ileus
Paralitik)
Obstruksi
yang terjadi karena suplai saraf ototnom mengalami paralisis dan peristaltik
usus terhenti sehingga tidak mampu mendorong isi sepanjang usus. Contohnya amiloidosis,
distropi otot, gangguan endokrin seperti diabetes mellitus, atau gangguan
neurologis seperti penyakit Parkinson.
•
Etiologi/penyebab
Ileus obstruktif dapat disebabkan oleh antara lain:
Penyebab
intraluminal (relatif jarang), antara lain:
ü
Benda asing yang tertelan. Meskipun demikian, pada umumnya suatu benda asing
yang telah lolos melewati lubang pylorus (dari lambung ke usus), tidak akan
mengalami kesulitan untuk mencapai usus halus, kecuali adanya adesi setelah
operasi.
ü Bezoars mungkin merupakan
faktor.
ü Penyakit parasit, seperti Ascariasis mungkin dapat ditemukan.
ü Batu empedu mungkin terjadi
dengan suatu fistula cholecystenteric.
ü Suatu bolus makanan yang
besar dapat menjadi penyebab, dengan material makanan yang sulit dicerna akan
berdampak pada usus bagian bawah. Pada kasus ini kebanyakan pasien pada umumnya
sudah mengalami operasi pada daerah lambung.
ü Cairan mekonium akan
menyebabkan obstruksi pada daerah distal ileum mungkin akibat kista fibrosis
yang terjadi pada semua umur.
Penyebab
intramural, (relatif jarang).
Obstruksi yang terjadi sebagai akibat dari
adanya lesi pada dinding usus halus.
ü Atresia dan striktur mungkin
juga merupakan penyebab.
ü Penyakit Crohn. Obstruksi
yang terjadi mungkin hilang timbul dan obstruksinya sebagian atau parsial.
ü Tuberkulosis usus. Pada
negara-negara tertentu tidak merupakan hal yang laur biasa.
ü Striktur mungkin akan
menyebabkan terjadinya ulserasi yang juga apabila di induksi oleh pemberian
tablet kalium, nonsteroid anti-inflammatory agen, dan terapi iradiasi
yang digunakan untuk mengobati kanker kandung kemih atau kanker cerviks.
ü Suatu hematoma yang terjadi
diantara dinding usus, akibat trauma atau pasien yang mendapat pengobatan
dengan antikoagulan yang berlebihan dari dosis yang dibutuhkan.
ü Lipomatous, leiomyomatous,
dan tumor carcinoid relatif jarang menyebabkan obstruksi, tetapi pernah
dilaporkan adanya obstruksi usus halus yang disebabkan oleh lymphoma dan jarang
adenocarsinoma.
ü Tumor sekunder, khususnya
colonic dan karsinoma lambung, kanker ovarium, dan melano maligna, adakalanya
akan bersatu pada lumen usus halus.
ü Banyak polipoid mukosa atau
lesi submukosa mungkin akan membentuk kepala dari suatu intussuscepsi, yang
mana pada akhirnya akan menyebabkan ileus obstruktif.
ü Intussuscepsi pada anak-anak
yang berumur kurang dari 2 tahun pada umumnya adalah idiopatik dan merupakan
keadaan kedaruratan abdomen, walaupun diverticulum Meckel, polip, dan kista
dupleks dapat menjadi penyebab ileus obstruktif.
Penyebab ekstramural
Penyebab ini mungkin merupakan penyebab yang paling umum
atau sering:
ü Adesi yang berhubungan
dengan pembedahan abdomen atau peritonitis sering meningkatkan frekuensi ileus
obstruktif. Adesi mudah lengket pada lumen usus dan menyebabkan luka yang
berlokasi dimana-mana. Adesi ini dapat menghalangi peristaltik usus halus dan
menyebabkan angulasi secara akut dan kekusutan pada usus, sering terjadi
beberapa tahun setelah prosedur awal dilakukan.
ü Kelainan intraperitoneal
kongenital mungkin dapat mengakibatkan obstruksi.
ü Malrotasi kongenital
mengakibatkan pendeknya mesenterik, dan keseluruhan usus dapat mengalami torsi
atau volvulus, keadaan ini tidak hanya dapat menyebabkan obstruksi, tetapi
mempercepat timbulnya iskemia dan kematian.
ü Hernia dapat menyebabkan
obstruksi.
Pada beberapa pasien, etiologi obstruksi usus mungkin adalah
multifaktorial. Sebagai contoh: metastase pada usus halus dapat secara langsung
menyerang dinding usus. Obstruksi mungkin terjadi sebagai akibat tekanan dari
luar atau kekusutan usus akibat tumor primer atau deposit metastase.
•
Patofisiologi
Pada obstruksi mekanik, usus bagian
proksimal mengalami distensi akibat adanya gas/udara dan air yang berasal dari
lambung, usus halus, pankreas, dan sekresi biliary. Cairan yang terperangkap di
dalam usus halus ditarik oleh sirkulasi darah dan sebagian ke interstisial, dan
banyak yang dimuntahkan keluar sehingga akan memperburuk keadaan pasien akibat
kehilangan cairan dan kekurangan elektrolit. Jika terjadi hipovolemia mungkin
akan berakibat fatal.
Obstruksi yang berlangsung lama
mungkin akan mempengaruhi pembuluh darah vena, dan segmen usus yang terpengaruh
akan menjadi edema, anoksia dan iskemia pada jaringan yang terlokalisir,
nekrosis, perforasi yang akan mengarah ke peritonitis, dan kematian. Septikemia
mungkin dapat terjadi pada pasien sebagai akibat dari perkembangbiakan kuman
anaerob dan aerob di dalam lumen. Usus yang terletak di bawah obstruksi mungkin
akan mengalami kolaps dan kosong.
Secara umum, pada obstruksi tingkat
tinggi (obstruksi letak tinggi/obstruksi usus halus), semakin sedikit distensi
dan semakin cepat munculnya muntah. Dan sebaliknya, pada pasien dengan
obstruksi letak rendah (obstruksi usus besar), distensi setinggi pusat abdomen
mungkin dapat dijumpai, dan muntah pada umumnya muncul terakhir sebab
diperlukan banyak waktu untuk mengisi semua lumen usus. Kolik abdomen mungkin
merupakan tanda khas dari obstruksi distal. Hipotensi dan takikardi merupakan
tanda dari kekurangan cairan. Dan lemah serta leukositosis merupakan tanda
adanya strangulasi. Pada permulaan, bunyi usus pada umumnya keras, dan
frekuensinya meningkat, sebagai usaha untuk mengalahkan obstruksi yang terjadi.
Jika abdomen menjadi diam, mungkin menandakan suatu perforasi atau peritonitis
dan ini merupakan tanda akhir suatu obstruksi.
•
Gejala Klinis
•
Pasien dengan suatu obstruksi mekanik pada umumnya datang
dengan keluhan sakit/nyeri abdomen, muntah, konstipasi absolut, dan distensi
abdomen dalam berbagai tingkatan. Tanda-tanda peritonitis yang mengarah kepada
perforasi usus sebagai akibat iskemia dan tidak dapat dibedakan dengan
peritonitis oleh penyebab lain misalnya perforasi intra abdominal.
•
Pada pasien dengan suatu obstruksi sederhana yang
tidak melibatkan pembuluh darah, sakit cenderung menjadi kolik yang pada
awalnya ringan, tetapi semakin lama semakin meningkat, baik dalam frekuensi
atau derajat kesakitannya. Sakit mungkin akan berlanjut atau hilang timbul.
Pasien sering berposisi knee-chest, atau berguling-guling. Pasien dengan
peritonitis cenderung kesakitan apabila bergerak.
•
Muntah adalah suatu tanda awal pada obstruksi letak tinggi
atau proksimal. Bagaimanapun, jika obstruksi berada di distal usus halus,
muntah mungkin akan tertunda. Pada awalnya muntah berisi semua yang berasal
dari lambung, yang mana segera diikuti oleh cairan empedu, dan akhirnya muntah
akan berisi semua isi usus halus yang sudah basi.
•
Hipovolemia dan kekurangan elektrolit dapat terjadi dengan
cepat kecuali jika pasien mendapat cairan pengganti melalui pembuluh darah
(intravena). Derajat tingkat dan distribusi distensi abdominal dapat
mencerminkan tingkatan obstruksi. Pada obstruksi letak tinggi, distensi mungkin
minimal. Sebaliknya, distensi pusat abdominal cenderung merupakan tanda untuk
obstruksi letak rendah.
pemeriksan fisik ditemukan pada
penderita ileus obstruktif
•
Inspeksi
Perut distensi, dapat ditemukan kontur dan steifung. Benjolan pada regio inguinal, femoral dan skrotum menunjukkan suatu hernia inkarserata. Pada Intussusepsi dapat terlihat massa abdomen berbentuk sosis. Adanya adhesi dapat dicurigai bila ada bekas luka operasi sebelumnya.
Perut distensi, dapat ditemukan kontur dan steifung. Benjolan pada regio inguinal, femoral dan skrotum menunjukkan suatu hernia inkarserata. Pada Intussusepsi dapat terlihat massa abdomen berbentuk sosis. Adanya adhesi dapat dicurigai bila ada bekas luka operasi sebelumnya.
•
Auskultasi
Hiperperistaltik, bising usus bernada tinggi, borborhygmi. Pada fase lanjut bising usus dan peristaltik melemah sampai hilang.
Hiperperistaltik, bising usus bernada tinggi, borborhygmi. Pada fase lanjut bising usus dan peristaltik melemah sampai hilang.
•
Perkusi
Hipertimpani
Hipertimpani
•
Palpasi
Kadang teraba massa seperti pada tumor, invaginasi, hernia.
Kadang teraba massa seperti pada tumor, invaginasi, hernia.
dari pemeriksaan rectal toucher
· Isi rektum menyemprot :
Hirschprung disease
· Adanya darah dapat menyokong
adanya strangulasi, neoplasma
· Feses yang mengeras : skibala
· Feses negatif : obstruksi usus
letak tinggi
· Ampula rekti kolaps : curiga
obstruksi
· Nyeri tekan : lokal atau general
peritonitis
Dari pemeriksaan radiologi
Secara klinik obstruksi ileus
umumnya mudah ditegakkan. 90% obstruksi ileus ditegakkan secara tepat hanya
dengan berdasarkan gambaran klinisnya saja. Pada foto polos abdomen, 60-70%
dapat dilihat adanya pelebaran usus dan hanya 40% dapat ditemukan adanya air
fluid level. Walaupun pemeriksaan radiologi hanya sebagai pelengkap saja, namun
pemeriksaan sering diperlukan pada obstruksi ileus yang sulit atau untuk dapat
memperkirakan keadaan obstruksinya pada masa pra-bedah. Beberapa tanda
radiologik yang khas untuk ileus obstruktif adalah :
· Pengumpulan gas dalam lumen usus
yang melebar, penebalan valvulae coniventes yang memberi gambaran fish bone
appearance.
· Pengumpulan cairan dengan gambaran
khas air-fluid level. Pada obstruksi yang cukup lama, beberapa air fluid level
memberikan gambaran huruf U terbalik.
penatalaksanaan ileus obstruktif
Penatalaksanaan ileus obstruktif
telah menurunkan angka morbiditas dan mortalitas. Hal ini disebabkan telah
dipahaminya dengan tepat patogenesis penyakit serta perubahan homeostasis
sebagai akibat obstruksi usus.
tindakan operasi
Operasi dilakukan setelah rehidrasi
dan dekompresi nasogastrik untuk mencegah sepsis sekunder. Operasi dilakukan
dengan mengingat beberapa kondisi atau pertimbangan. Operasi diawali dengan
laparotomi kemudian disusul dengan teknik bedah yang disesuaikan dengan hasil
eksplorasi selama laparotomi.
komplikasi dari ileus obstruktif?
Komplikasi dari ileus obstruktif
antara lain terjadinya nekrosis usus, perforasi usus, Sepsis, Syok-dehidrasi,
Abses Sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi, Pneumonia aspirasi
dari proses muntah, gangguan elektrolit, meninggal
Dasar pengobatan ileus obstruksi
adalah koreksi keseimbangan elektrolit dan cairan, menghilangkan peregangan dan
muntah dengan dekompresi, mengatasi peritonitis dan syok bila ada, dan
menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali
normal
terapi/pengobatan ileus obstruktif
yang diberikan secara farmakologis
Pemberian obat-obat antibiotik
spektrum luas dapat diberikan sebagai profilaksis. Antiemetik dapat diberikan
untuk mengurangi gejala mual muntah.
Dalam resusitasi yang perlu
diperhatikan adalah mengawasi tanda – tanda vital, dehidrasi dan syok. Pasien
yang mengalami ileus obstruksi mengalami dehidrasi dan gangguan keseimbangan
ektrolit sehingga perlu diberikan cairan intravena seperti ringer laktat.
Respon terhadap terapi dapat dilihat dengan memonitor tanda-tanda vital dan
jumlah urin yang keluar. Selain pemberian cairan intravena, diperlukan juga
pemasangan nasogastric tube (NGT). NGT digunakan untuk mengosongkan lambung,
mencegah aspirasi pulmonum bila muntah dan mengurangi distensi abdomen.
Ileus
adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya obstruksi usus akut
yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan. Ileus Obstruktif adalah
kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan oleh sumbatan mekanik.
Ileus Paralitik adalah hilangnya peristaltik usus sementara.
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN
PADA TUAN “S” DENGAN DIAGNOSA ILEUS
OBSTRE
DENGAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
DI PAVILIUM MAWAR RSUD JOMBANG
No
regester : 177368
Ruangan
: HCU Pavilium Mawar
Tanggal
pengkajian : 20 Mei 2013
A. Data subjektif
•
Biodata
Nama :
Tn.S
Umur :
60 tahun
Agama :
Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jatikalen
Suku : Jawa
Identifikasi penanggung jawab
Nama : Ny.T
Umur : 45 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat :
Jatikalen
•
Keluhan utama
Pasien datang dengan rujukan dari Pukesmas Ploso,pasien
mengalami nyeri pada perut,keluhan utamanya adalah tidak bisa BAB kurang lebih
4 hari,pasien mengatakan merasa pusing,mual,panas,,nyeri perut kurang lebih 3
hari.
•
Riwayat kesehatan masa lalu
Keluarga mengatakan bahwa pasien tidak perna menderita
penyakit menurun seperti kencing manis ataupun sesak nafas,juga tidak perna
mempunyai penyakit yang menular seperti TBC,HIV,AIDS,akan tetapi pasien sering
telat makan.
•
Riwayat kesehatan sekarang
Keluarga pasien mengatakan bahwa awalnya pasien tidak bisa
BAB kurang lebih 4 hari, pasien mengatakan merasa pusing,mual,panas,,nyeri
perut kurang lebih 3 hari. Lalu dibawah ke pukesmas ploso,kemudian dirujuk ke
RSUD Jombang di pavilium mawar di HCU .
•
Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga mengatakan bahwa dari pihak keluarga tidak ada yang
menderita penyakit menurun (kencing manis,sesak) maupun menular (TBC,HIV,AIDS)
•
Riwayat psikologis
Keadaan pasien masih lemah kurang stabil,namun pasien ingin
cepat sembuh. Pasien masih merasakan nyeri seluruh perut dan batuk. Namun
pasien selalu mendapatkan motivasi dari semua pihak keluarga agar segera sembuh
dan pulih kembali seperti sedia kala.
•
Riwayat spiritual
Pasien sebelum sakit selalu melaksanakan sholat 5 waktu
denganrutin dan tepat waktu. Namun saat
ia masuk ke RS pasien tidak bisa melaksanakan sholat 5 waktu dikarenakan
kondisinya yang tidak memungkinkan karena masih sangat lemah,namun pasien
selalu berdo’a akan kesembuhan dan selalu sabar menghadapi semua cobaan.
•
Pola aktivitas sehari-hari
•
Pola nutrisi
Sebelum MRS
Makan :
Pasien makan 3x sehari
Dengan menu berupa nasi putih dengan lauk pauk,sayur-sayuran
dan buah-buahan.
Minum :
pasien minum kurang lebih 8gelas/hari sesuai dengan kebutuhan
pasien minum kurang lebih 8gelas/hari sesuai dengan kebutuhan
Setelah MRS
Makan dan minum :
Pasien makan dan minum menggunakan makanan yang lunak dengan
melewati selang NGT.
•
Pola eliminasi
Sebelum MRS
BAB : Lancar
2x sehari,warna kuning kecoklatan
BAK : Lancar
dengan warna bening kuning
Setelah MRS
BAB : Awal
masuk pasien masih belum bisa BAB
Namun setelah beberapa hari kemudian pasien bisa BAB dengan
jumlah feses 100 dengan frekuensi 1x dengan konsentrasi lembek dan tidak ada
darah.
BAK :
Tidak terhitung BAK nya , dengan bantuan kateter, warnanya kuning, UT/24 jam.
•
Pola istirahat
Sebelum MRS
pasien istirahat secara teratur
disela-sela aktivitas dan pekerjaannya
Setelah MRS
Siang :
Sering tidur jam 09.00 s/d 11.00 lama tidur 2 jam namun sering terbangun.
Malam : Jika
tidak ada keluhan pasien tidur,tidur secara teratur,namun terkadang sering
terbangun sendiri.
kwalitas : Terkadang pasien sering gelisa karena tidak nyaman dengan
lingkungan rumah sakit,pasien tidak bisa tidur dengan nyenyak dikarenakan mudah
terbangun.
•Pola aktivitas
Keluarga
pasien mengatakan bahwa pasien sebelum sakit bekerja secara keras namun setelah
mengalami sakit tidak bisa BAB,pusing,mual,panas dan nyeri perut masuk RS
sehingga tidak bisa melakukan aktivitasnya seperti semula dahulu sebelum sakit.
•Pola hygiene
Sebelum MRS
mandi secara teratur 2x sehari,keramas 1x,sikat gigi 1x
sehari,dan memotong kuku 1 minggu sekali
setelah MRS
pasien tidak perna mandi dikarenakan keadaannya yang
lemah,yang hanya diseka
B. Data
objektiv
•
Pemeriksaan umum
Keadaan umum masih sangatlah lemah
dan lesu
Keadaan : Composmentis
GCS :
E4V5MG
BB/TB : 60kg/167cm
TTV
T :
120/80
RR :
20
Suhu :
36,70C
N :
80
•
Pemeriksaan fisik
•
Inspeksi
Kepala : pasien mengeluh pusing atau nyeri kepala
Rambut dan kepala :warna rambut putih,acak-acakan,kebersihan
kulit kepala dan rambut kurang
Wajah :semetris,ekspresi muka merintih menahan
sakit
Mata :Simetris,sklera
agak kekuning-kuningan,reflek cahaya baik,konjungtiva merah muda,pupil
isokator,koordinasi negativ,kornea ada bintik-bintik,tidak ada alat bantu
Telinga :Simetris,tidak ada serumen,tidak
menggunakan alat bantu
Mulut dan bibir :simetris,bibirnya pucat,tidak ada stomatitis,terdapat
caries dan sedikit berbau
Leher :Tidak ada benjolan tyroid dan pembengkakan
limfe,dan tidak ada bekas luka
Dada :
Simetris,tidak ada bekas luka
Kulit : Sedikit pucat,lebab,turgur normal
Otot dan tulang : Nyeri pada perut,tidak ada patah
tulang,syaraf compos mentis,GCS 4-5-6
Abdomen : Tidak ada bekas luka,simetris
Genetalia : Tidak tekaji,memakai kateter
Ekstrimitas atas : simetris,pergerakanm
aktiv,jari-jari normal,terpasang infus pada tangan sebelah kiri
Ekstrimitas bawah : Simetris,tidak ada bekas luka
•
Palpasi
Kepala : Tidak ada nyeri tekan
Mata :
Tidak ada nyeri tekan
Hidung : Tidak ada nyeri tekan,tidak
ada benjolan dan tidak ada polip
Telinga : Tidak ada nyeri tekan
Leher : Tidak ada pembesaran
kelenjar teroid dan vena jugularis
Abdomen : Ada nyeri tekan
Ekstrimitas atas dan bawah : Tidak ada benjolan dan pembengkakan
•
Aukultasi
Dada dan paru-paru : Bunyi nafas normal bersih,tipe
pernafasan dada,tidak sesak,jantung bunyi lupdup,tidak ada weizing dan ronchi
Abdomen : Bising usus
•
Perkusi
Dada dan paru-paru : Suara perkusi paru sonor (dug)
Abdomen : Suara abdomen sonor
C. Pemeriksaan penunjang
Tanggal/jam terima : 19 mei 2013 12:33:15
·
Radiologi
Darah rendah otomatic
|
Pemeriksaan
|
hasil
|
Nilai normal
|
|
hemoglobin
|
11,7
|
11,4-17,7 g/dl
|
|
Lekosit
|
16,300
|
4,700-10,300/cmm
|
|
Hematokrit
|
34,3
|
37-48%
|
|
Eritrosit
|
4050.000
|
L 4,5-5,5 P 4-5 jt/ul
|
|
trombosit
|
231.000
|
150.000-350.000/cmm
|
·
Urinalisis
|
pemeriksaan
|
hasil
|
Nilai normal
|
|
Ph
|
7
|
5,5-7
|
|
Bilrubin
|
negative
|
Negative
|
|
sedimen
|
1-2
|
-
|
|
Leokosit
|
-
|
-
|
|
Eritrosit
|
-
|
-
|
|
Silender
|
0,2
|
1-2/lp
|
|
Epitel
|
-
|
-
|
|
Kristol
|
-
|
-
|
|
dll
|
|
|
Protein : negativ
Reduksi :
negativ
·
serologi
|
Tes widal
|
O
|
+1/200
|
|
|
H
|
negativ
|
|
|
P+
|
negativ
|
|
|
pb
|
negativ
|
·
FAAL hepar (LFT)
|
SGOT
|
74
|
UL (10-34)
|
|
SGPT
|
61
|
UL (9-43)
|
D.
Terapi yang diberikan
Dilakukan pada jam 20.00
Infus 20 tetesan/menit
Injeksi infus 3x1 grm
Injeksi Aminofolin 3x1grm
21'' Ganti R1 III Ratin
Lap
22'' T :110/80
S :36,00C
N :88
RR :22
04'' Ganti RL IV
Injeksi cefiriacone 3x1 grm
Injeksi Terbulatin 2x1
Injeksi aminofolin
Injeksi keterolac tromethamine
Injeksi Dexamethasone 2:1
Sementara puasa
Infus HL anto dengan makro
Lab 20 mei 2013
S :
Pasien mengatakan masih nyeri tekan
O :
Skala nyeri 3
A :
masalah terelasiasi
P :
Inversi kolaborasi dengan tim medis lain
PENUTUP
Kesimpulan
Pengaturan keseimbangan cairan perlu
memperhatikan 2 parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan
osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan
mempertahankan keseimbangan garan dan mengontrol osmolaritas ekstrasel dengan
mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini
dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk
mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.
Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan
mengatur keluaran ion hidrogen dan ion bikarbonat dalam urine sesuai kebutuhan.
Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah
paru-paru dengan mengeksresikan ion hidrogen dan CO2 dan sistem
dapar (buffer) kimia dalam cairan tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Docterman dan Bullechek. Nursing Invention Classifications (NIC),
Edition 4, United States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2004.
Nanda International (2009). Diagnosis Keperawatan: definisi &
Klasifikasi. 2009-2011. Penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta
Maas, Morhead, Jhonson dan Swanson. Nursing Out Comes (NOC), United
States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2004.
Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses
Keperawatan. Edisi 4. Salemba Medika : Jakarta
Alimul Hidayat, Azis. 2005.
Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC
Barbara Kozier, Fundamental Of
Nursing Concept, Process and Practice, Fifth Edition, Addison
Wsley Nursing, California, 1995
Dolores F. Saxton, Comprehensive
Review Of Nursing For NCLEK-RN, Sixteenth Edition, Mosby,
St. louis, Missouri, 1999.
Sylvia Anderson Price, Alih : Peter
Anugerah, Pathofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit,
Edisi kedua, EGC, Jakarta, 1995.